Zakat, Infak, dan Sedekah Jalan Sosial Menuju Keadilan
![]() |
Ilustrasi |
Bayangkan
seorang anak yatim yang hanya bisa sekolah karena ada orang baik hati yang rutin
bersedekah. Atau seorang pedagang kecil yang bisa bangkit dari keterpurukan
karena menerima bantuan modal dari zakat. Kisah-kisah nyata ini terjadi di
sekitar kita setiap hari — semua berawal dari kepedulian.
Indonesia
memiliki potensi zakat lebih dari Rp 300 triliun per tahun. Namun,
kenyataannya angka kemiskinan dan kesenjangan sosial masih tinggi. Banyak orang
kaya belum mengeluarkan zakatnya, sementara infak dan sedekah sering hanya
spontan tanpa strategi jangka panjang. Akibatnya, kesenjangan antara si kaya
dan si miskin tetap lebar.
Islam
sudah memberikan “alat sosial” untuk mengatasi masalah ini: Zakat, Infak,
dan Sedekah (ZIS).
- Zakat → kewajiban yang mengikat
umat Islam dengan syarat tertentu.
- Infak → pengeluaran sukarela
untuk kebaikan, fleksibel tanpa nisab.
- Sedekah → lebih luas lagi, bisa
berupa harta maupun perbuatan baik.
Jika
dikelola baik, ZIS bukan hanya amal ibadah, tetapi juga mesin distribusi
ekonomi yang adil dan berkelanjutan.
Allah
berfirman:
“Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka.” (QS.
At-Taubah: 103)
Rasulullah
ï·º bersabda:
“Senyummu
kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi)
Artinya,
setiap Muslim bisa berkontribusi: baik dengan zakat wajib, infak harta, atau
sekadar senyuman yang menguatkan hati orang lain. Inilah keindahan Islam:
ibadah yang berdampak sosial.
Bagaimana
caranya?
- Hitung zakat → pastikan harta sudah
mencapai nisab dan haul.
- Sisihkan infak rutin → misalnya 2,5% dari
penghasilan bulanan.
- Lakukan sedekah sederhana → bisa berupa tenaga, ilmu,
doa, atau perhatian.
- Salurkan ke lembaga resmi → seperti BAZNAS atau LAZ
agar tepat sasaran.
- Manfaatkan aplikasi digital
zakat →
biar lebih mudah, transparan, dan terlapor.
Bayangkan
jika setiap Muslim konsisten dengan ZIS. Maka:
- Anak-anak yatim bisa sekolah
tanpa khawatir biaya.
- Keluarga miskin bisa membuka
usaha mandiri.
- Kesenjangan sosial
menyempit.
- Umat Islam menjadi lebih
kuat secara ekonomi.
Inilah legacy
(warisan sosial) yang akan kita tinggalkan: sebuah masyarakat yang adil,
peduli, dan penuh keberkahan.
Zakat, Infak, dan Sedekah bukan hanya ritual, tapi instrumen sosial yang mampu mengubah wajah umat. Mari kita jadikan ZIS sebagai budaya hidup, agar kebaikan yang kita tabur hari ini menjadi warisan abadi bagi generasi mendatang.